Sabtu, 27 Juni 2009

KEADAAN SDM DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Daerah ini memiliki banyak sumber daya alam (SDA), sehingga kebanyakan orang mengenal daerah ini sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan, selain itu ada juga hasil pertanian dan perkebunan. Dari potensi SDA yang dimilikinya, sebagian sudah dimanfaatkan, dan sebagian lagi belum di manfaatkan secara optimal.

Walaupun daerah ini kaya akan SDA, tetapi masih banyak penduduk di daerah ini yang mengalami kemiskinan, masalah dalam ketenagakerjaan (pengganguran, peluang kerja, usaha kerja, dll), serta masih banyak Masyarakat di daerah ini yang tidak mengecap pendidikan. Sebenarnya faktor apa yang menyebabkan ini bisa terjadi ?, Adakah hubungan antara SDM dengan SDA di daerah ini ?

Makalah ini lebih di titik beratkan kepada SDM yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, ini sesuai dengan judul makalah yang berjudul “Sumber Daya Manusia di Kalimantan Timur” terutama yang berkaitan dengan tenaga kerja (angkatan kerja), Komposisi Penduduk, SDA (potensi-potensi yang ada di daerah), serta cara penanggulangan masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Potensi SDA apa saja yang ada di Kalimantan Timur ?

2. Bagaimana SDM di Kalimantan Timur ?

3. Apa saja masalah SDM yang ada di Kalimantan Timur ?

4. Bagaimana cara penanggulangan masalah SDM yang masih rendah di Kalimantan Timur ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui potensi SDA dan keadaan SDM yang ada di Kalimantan Timur;

2. Mengetahui kaitan/hubungan antara SDM dengan SDA di Kalimantan Timur; dan

3. Untuk mengetahui masalah SDM yang ada di Kalimantan Timur.dan cara penanggulangan masalah tersebut

BAB II

PEMBAHASAN

1. Ruang Lingkup Kalimantan Timur

Kalimantan Timur memiliki luas wilayah 211.440 Km2 atau seluas satu setengah kali luas Pulau Jawa dan Madura, terletak antara 133º44' Bujur Timur dan 119'00 Bujur Barat serta di antara 4º24' Lintang Utara dan 2º25' Lintang Selatan. Secara administratif Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur terdiri dari 4 (empat) Kota dan 9 (sembilan) kabupaten yang masing-masing Kabupaten/Kota memiliki keunggulan tersendiri untuk kegiatan investasi di bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, kehutanan, pertambangan, perdagangan, dan sektor industri.

Posisi geografis Kalimantan Timur sangat strategis karena terletak di bagian paling timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) atau tepatnya propinsi ini berbatasan langsung dengan sebelah utara Negara Bagian Sabah Malaysia Timur, sebelah timur dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi yang menjadi akses penting dalam perdagangan global menuju kawasan Asia-Pasific (Malaysia, Brunei, Philipina), sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan Barat serta Negara Bagian Serawak Malaysia Timur.

Daratan Kalimantan Timur terdiri dari gugusan gunung dan pegunungan yang terdapat hampir hampir di seluruh Kabupaten, yaitu sekitar 13 gunung. Gunung yang paling tinggi adalah Gunung Makita dengan ketinggian 2.987 meter yang terletak di Kabupaten Bulungan, sedangkan untuk danau berjumlah 17 buah, keseluruhannya berada di Kabupaten Kutai Kertanegara dengan danau yang paling luas adalah Danau Jempang 15.000 hektar dan Danau Semayang 13.000 hektar.

Secara umum Propinsi Kalimantan Timur beriklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara 1500-4500 milimeter per tahun, dengan suhu rata-rata 26ºC dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5-7ºC. Temperatur minimum umumnya pada Oktober sampai dengan Januari dan temperatur maksimum antara Juli sampai Agustus.

Secara administratif Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur terdiri dari 4 (empat) Kota dan 9 (sembilan) kabupaten

No

Kabupaten/Kota

Jumlah (buah)

Kecamatan

Kelurahan

Desa

1

Samarinda

6

42

-

2

Balikpapan

5

27

-

3

Bontang

3

15

-

4

Tarakan

4

20

-

5

Kutai Kartanegara

18

-

218

6

Kutai Barat

21

  1. -

223

7

Kutai Timur

11

-

136

8

Berau

11

-

102

9

Bulungan

13

-

93

10

Nunukan

7

-

218

11

Malinau

9

-

97

12

Pasir

10

-

116

13

Panajam Paser Utara

4

-

46

Total

122

-

1347

2. Pengertian SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia)

Sumber daya alam merupakan semua kekayaan berupa benda mati dan benda hidup yang ada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pengertian sumber daya alam di tentukan berdasarkan kegunaannya bagi manusia. Oleh karena itu, nilai sumber daya alam juga ditentukan oleh nilai kemanfaatannya bagi manusia.

Di dalam kehidupan ini, begitu banyak sumber daya alam, misalnya : hutan, tanah, tanaman perkebunan, bahan mineral, batu bara, gas alam, intan, emas, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sedangkan SDM adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional. Dalam ilmu kependudukan, konsep ini dapat disejajarkan dengan konsep tenaga kerja (manpower) yang meliputi angkatan kerja (labor force), usia kerja, peluang kerja dan sebagainya.

3. Potensi SDA yang ada di Kalimantan Timur

a) Pertambangan

Kalimantan Timur memiliki sumber daya alam yang melimpah berupa pertambangan seperti emas, batubara, minyak dan gas bumi, penyebarannya terdapat di Kabupaten/Kota yang ada di Kaltim.

Kabupaten/Kota penghasil tambang batubara di Kalimantan Timur meliputi daerah Kutai Timur (yang terbesar), Kutai Kartanegara, Pasir, Kutai Barat, Berau, Samarinda, Nunukan dan Malinau. Dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor pertambangan tanpa migas sebesar 53 persen disumbang oleh Kabupaten Kutai Timur, sekitar 20 persen oleh Kabupaten Kutai Kartanegara dan 10 persen dari Kabupaten Pasir. Persoalan yang perlu diperhatikan dalam memantau kegiatan ekonomi sektor pertambangan tanpa migas ini adalah bagaimana informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi yang riil, karena dari beberapa sumber yang ada seperti Dinas Pertambangan Propinsi bahwa data produksi yang terekam hanya perusahaan batubara yang mendapat persetujuan dari Pusat, sedangkan untuk perusahaan-perusahaan batubara yang mendapat persetujuan dari daerah hanya tercatat di daerah masing-masing kabupaten/kota. Hal lain adalah masih terindikasinya kegiatan illegal mining (tambang batubara oleh rakyat), sehingga ke depan kiranya perlu koordinasi data produksi batubara yang lebih intensif antara dinas/instansi terkait mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi sampai Pusat atau Nasional agar data yang ditampilkan lebih konsistsen.

Perkembangan kegiatan Sektor Pertambangan Tanpa Migas terutama tambang batubara juga dapat dilihat dari data ekspor batubara, pada tahun 2005 volume ekspor meningkat sebesar 12 persen dan pada tahun 2006 meningkat cukup tajam mencapai 60 persen. Bila di bandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh Kabupaten/Kota dan Provinsi, pada tahun 2005 terdapat perbedaan gerakan pertumbuhan subsektor tambang tanpa migas antara Kabupaten/Kota dengan Propinsi.

Pertumbuhan yang cukup tinggi dari nilai tambah kabupaten/kota disebabkan tingginya pertumbuhan sektor pertambangan tanpa migas di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Pasir, dimana ketiga daerah tersebut merupakan penyumbang terbesar pada subsektor tambang tanpa migas di Kalimantan Timur.

b) Perkebunan

· Karet

Tanaman karet di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah relatif lama diusahakan sebagai perkebunan rakyat, namun karena pengaruh harga yang berfluktuasi sangat tajam usaha perkaretan beberapa waktu yang lalu sempat ditinggalkan oleh petani perkebunan untuk beralih kepada usaha lain yang dianggap lebih menguntungkan. Namun saat ini seiring dengan semakin membaiknya harga karet di pasaran komoditi karet kembali banyak diusahakan oleh masyarakat dan di beberapa tempat komoditi tersebut merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakatnya.

· Kelapa

Tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional Kalimantan Timur, tumbuh dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman perkarangan maupun yang diusahakan dalam hamparan yang cukup luas. Usaha perkebunan kelapa rakyat dalam hamparan yang luas terdapat di Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan Sangkulirang, Sandaran dan Kaliorang), Kabupaten Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong Tongkok), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Samboja, Muara Jawa dan Kota Bangun), Kabupaten Pasir (Kecamatan Tanah Grogot, Pasir Belengkong dan Long Kali), Kabupaten Penajam Paser Utara (Kecamatan Penajam, Waru, Babulu dan Sepaku), Kabupaten Berau (Kecamatan Talisayan), Kabupaten Nunukan (Kecamatan Nunukan dan Sebatik), Kota Samarinda (Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran), Kota Balikpapan (Kecamatan Balikpapan Timur dan Utara.

· Kalapa Sawit

Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun 1982 yang dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh PTP VI. Sampai saat ini (Posisi Desember 2006) luas areal kelapa sawit baru mencapai 210.553,50 Ha yang terdiri dari 51.389,50 Ha sebagai tanaman plasma / rakyat, 13.551 Ha milik BUMN sebagai inti dan 145.613 Ha milik Perkebunan Besar Swasta . Produksi TBS (Tandan Buah Segar) sebesar 1.273.167,50 ton. Dari sejumlah perusahaan perkebunan besar swasta yang telah memperoleh izin pencadangan (ijin lokasi) sementara ini yang telah beroperasi membangun kebun dalam skala yang luas baru sebanyak 42 perusahaan.

· Kopi

Seperti kelapa dalam, komoditi kopi juga merupakan komoditi yang telah lama diusahakan oleh masyarakat pedesaan di seluruh Kalimantan Timur. Areal tanaman kopi tersebut terdapat hampir merata di beberapa wilayah pedesaan Kabupaten di Kalimantan Timur dan diusahakan oleh petani dengan luasan yang rata - rata relatif terbatas.

· Kakao

Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil kakao rakyat di Indonesia, meskipun arealnya relatif kecil dibading dengan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, tetapi bagi petani dibeberapa tempat di Kalimantan Timur, komoditi tersebut dijadikan sebagai mata pencaharian yang utama.

· Lada

Lada di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah cukup lama dikenal dan dikembangkan oelh rakyat. Beberapa waktu yang lalu komoditi lada merupakan salah satu komoditi ekspor Kalimantan Timur yang cukup penting, yang dikenal dengan mutu white pepper Samarinda. Setelah harga komoditi tersebut jatuh di pasaran dunia sampai pada titik yang paling rendah dan bencana kebakaran lahan serta kemarau panjang yang melanda Kalimantan Timur tahun 1982 yang lalu produksi lada Kalimantan Timur menurun secara drastis, sehingga sejak saat itu Kalimantan Timur tidak lagi tercatat sebagai pengekspor lada.

· Cengkeh

Meskipun bukan merupakan komoditas unggulan namun areal tanaman cengkeh terdapat hampir merata di beberapa Kabupaten di Kalimantan Timur dan diusahakan oleh petani dengan luasan yang rata - rata relatif terbatas.

· Komoditi Lain

Komoditi lainnya terdiri dari Pala, Jambu Mete, Pinang, Kemiri, Kapok, Tebu, Aren, Panili, Kayu Manis, Nipah, Sagu, Jarak Pagar, dan Kenaf pada tahun 2007 menjadi 6.930 Ha.

c) Kehutanan

Kehutanan di Kalimantan Timur menjadi peranan yang cukup menonjol bagi kegiatan ekonomi di daerah tersebut, karena hal ini bisa menaikkan tingkat pendapatan penduduk dan bisa mengurangi angka ketergantungan Masyarakat terutama yang pendidikannya rendah , setidaknya bisa mengurangi angka pengganguran penduduk.

Dibandingkan dengan provinsi lain, Kaltim masih merupakan penghasil kayu yang terbesar, pemanfaatan kayu ini lebih diarahkan ke sektor industri.

d) Pertanian

Kegiatan pertanian yang di lakukan di Kalimantan Timur sama dengan kegiatan pertanian yang di lakukan di daerah/wilayah lain, misalnya dengan bercocok tanam (menanam padi), salah satu contoh Provinsi di Kaltim yaitu Kabupaten Kutai Barat. Perkembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Kutai Barat jumlah areal produksi padi dan jumlah produksi padi dimana pada luas areal produksi seluas 18.549 ha dengan jumlah produksi padi sebesar 31.153,33 ton. Untuk produksi beras mengalami kenaikan dari 21.146 ton di tahun 2001 menjadi 21.184,33 ton pada tahun 2002. Tanaman palawija di daerah ini antara lain jagung dan kedelai mengalami peningkatan produksi, untuk luas areal produksi jagung seluas 862 ha, dengan jumlah produksi sebesar 1.120,6 ton lebih besar dibandingkan tahun 2001 yang hanya 650 ha. Sedangkan tanaman kedelai di tahun 2002 luas areal produksi seluas 35 ha dengan jumlah produksi sebanyak 35 ton.

e) Industri

Sektor kedua yang dominan peranannya di dalam kegiatan ekonomi Kalimantan Timur setelah Sektor Pertambangan, yaitu Sektor Industri Pengolahan, terutama subsektor Industri Pengolahan Migas yang terdiri dari Industri Pengilangan Minyak Bumi di Balikpapan dan Industri Gas Alam Cair (LNG) PT Badak di Bontang. Bila melihat angka nilai tambah sektor ini baik ditingkat Kota maupun Propinsi menunjukkan keselarasan, ini berarti bahwa informasi dan sumber data yang diperoleh sudah terkomunikasi dengan sangat baik antara Propinsi dan Daerah serta adanya partisipasi aktif dari Perusahaan sebagai penyedia data.

Dalam kaitannya dengan penyajian kegiatan ekonomi sektor riil, khususnya subsektor industri non migas pada beberapa Kabupaten/Kota masih menghadapi kendala untuk dapat menampilkan data yang lebih rinci menurut kode industri dari Industri Pengolahan non migas, sementara pada tingkat propinsi dapat dirinci menjadi: industri makanan, tekstil, barang dari kayu, kertas, pupuk & kimia, barang dari logam, logam dasar, mesin dan industri lainnya. Di masa mendatang adanya momentum hasil Sensus Ekonomi tahun 2006 dan dukungan supply data dari Dinas terkait pada tingkat Kabupaten/Kota diharapkan dapat menjawab masalah ini secara bertahap ( Sumber : BPS Kaltim tahun 2007).

Potensi industri di Kaltim, baik yang memanfaatkan sumber daya alam, khususnya industri pengolahan hasil hutan, perkebunan, dan hasil laut, maupun yang berbasis iptek, seperti petrokimia, peralatan pengeboran lepas pantai, metanol, dan galangan kapal, masih memiliki peluang dan potensi yang besar untuk dikembangkan secara lebih modern. Hanya persoalan investasi yang sampai sekarang masih menjadi kendala utama. Kendala lain menyangkut kualitas sumber daya manusia dan moralitas birokrasi setempat.

Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kaltim masih didominasi oleh subsektor industri kayu, yaitu mencapai 66 perusahaan (46,51 %) dan menyerap 47.902 orang tenaga kerja. Meski selama tiga tahun terakhir produksi kayu di Kaltim mengalami penurunan akibat kesulitan pasokan bahan baku, daerah Kaltim masih merupakan penghasil kayu terbesar dibandingkan propinsi lain.

Banyaknya perusahaan besar dan sedang di Kaltim pada 1997 dan 1998 berjumlah 136 unit dan 129 unit, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 54.052 orang dan 58.783 orang. Salah satunya adalah Pabrik Pupuk PT Kaltim yang berlokasi di Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur. Sementara itu, industri aneka (1998) berjumlah 3.467 unit dan mampu menyerap 10.398 orang. Total investasinya mencapai sekitar US$ 16.254.750.

Jumlah industri kecil menurut jenis usahanya adalah sebagai berikut: Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) berjumlah 226 unit, Industri Kecil Percetakan, Penerbitan, Kertas dan Fotokopi (IKPKF) ber¬jumlah 1.168 unit; dan Industri Kecil Hasil Pertanian dan Kehutanan (IKHPKNF) berjumlah 5.055 unit; jumlah tenaga yang dipekerjakan adalah IHPK 53.839 orang, IKHPKF 8.217 orang, dan IKHPKNF 15.620 orang. Nilai investasi IHPK US$ 2.940.923.291; IKHPKF US$ 18.027.615, dan IKHPKNF US$ 7.321.936,00. Daerah kabupaten di Kaltim yang memiliki banyak perusahaan adalah Kabupaten Samarinda, Balikpapan, Bulungan, Bontang, dan Kutai. Salah satu perusahaan besar di Bontang adalah PT Pupuk Kaltim dan Pabrik Petro Kimia.

4. Keadaan SDM di Kalimantan Timur

a. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 2.436.545 jiwa meningkat menjadi 2.936.388 jiwa pada tahun 2006. Berarti dalam periode tersebut penduduk Kaltim telah bertambah lebih dari 83.ribu orang setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk sebenarnya tidak merata sepanjang tahun. Sebagai contoh pertumbuhan penduduk pada tahun 2003-2004 sebesar 1,68 persen, pada periode 2004-2005 sebesar 3,29 persen, sedangkan periode 2005-2006 sebesar 3,36 persen.

Pada tahun 2005-2006 pertumbuhan penduduk disetiap Kab/Kota lainnya pertumbuhannya berkisar 1,35-6,18 persen. Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk di Kaltim juga tidak merata. Tetapi penduduk yang semula lebih banyak tinggal di pedesaan sejak tahun 1995 sudah lebih dari 50 persen menetap didaerah perkotaan. Pada tahun 2006 sebagian besar penduduk Kaltim berada di Kota Samarinda (20,02%), yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Selebihnya berada di Kab.Kutai Kartanegara (17,21%), Kota Balikpapan (16,55%) dan tersebar di Kab/Kota lain berkisar 1-7 persen.

Pola persebaran penduduk seperti ini sejak tahun 1990 tidak banyak berubah. Pola persebaran penduduk Kaltim menurut luas wilayah sangat timpang/tidak merata, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk antar daerah yang mencolok terutama antar daerah Kabupaten dengan daerah Kota. Wilayah Kabupaten dengan luas 98,87 persen dari wilayah Kaltim dihuni oleh sekitar 53,51 persen dari total penduduk Kaltim. Sedangkan selebihnya yaitu sekitar 46,49 persen menetap didaerah kota dengan luas 1,13 persen dari luas wilayah Kaltim seluruhnya. Akibat kepadatan penduduk didaerah Kabupaten hanya berkisar 1-33 jiwa/km² dibanding kepadatan penduduk di Kota Balikpapan sebanyak 866,17 jiwa/km², Kota Samarinda 818,32 jiwa/km², Kota Tarakan 660,14 jiwa/km² dan Kota Bontang 766,19 jiwa/km². Sedangkan kepadatan penduduk Kaltim adalah 14,80 jiwa/km².

Bagi Provinsi Kalimantan Timur upaya untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk bukan hal yang mustahil, walaupun Kalimantan Timur sebagai daerah yang mempunyai potensi untuk berkembang merupakan daya tarik tersendiri bagi para pendatang (migran)

Gambar 1.

Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Timur

Tahun 2004-2006

Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan

Provinsi Kalimantan Timur tahun 2004-2006

Tahun

Jumlahpenduduk

Pertumbuhan

Prosentase

Kepadatan

2004

2.750.369

45.518

1,68

11,97

2005

2.840.874

90.505

3,29

14,32

2006

2.936.388

95.514

3,36

14,80

Sumber : BPS Kaltim

b. Kondisi Sosial Ekonomi.

Gambaran sekilas mengenai kondisi Provinsi Kalimantan Timur adalah pada tahun 2006 diperkirakan penduduk Kaltim adalah 2.936.388 jiwa, dimana penduduk ini tersebar di 13 kab/Kota dengan total wilayah sekitar 198.441,17 km². Sesungguhnya luas kawasan ini setara 1,5 kali luas pulau Jawa atau 10 persen dari luas Indonesia. Nuansa yang lebih kontras lagi adalah bila kita menyoroti dari sisi kemampuan ekonomi daerah Kalimantan Timur yang ternyata secara relatif melalui perbandingan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menempati peringkat 6 besar diseluruh Indonesia. Hal ini lebih disebabkan oleh melimpahnya kekayaan sumber daya alam di Kalimantan Timur seperti minyak, gas dan batu bara serta kayu. Sesungguhnya potret kue ekonomi” yang tercipta di Kalimantan Timur tersebut belum dapat secara otomatis mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk Kaltim, karena masih perlu

dikaitkan dengan kondisi data sosial lainnya. Ternyata pada tahun 2006 angka pengangguran terbuka di Kaltim adalah 177.977 orang (atau 13,43% terhadap total penduduk usia kerja) dan jumlah penduduk miskin 581.111 orang (19,79% dari total penduduk). Situasi ini menunjukkan bahwa angka PDRB Kalimantan Timur belum merefleksikan suatu angka pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Oleh sebab itu masih perlu dilakukan berbagai upaya yang berkesinambungan, sinergi dan terarah dari seluruh pihak (stakeholders Pemerintah Pusat/Daerah, pengusaha dan masyarakat) agar perkembangan kondisi ekonomi di Kaltim semakin kondusif dan ramah tenaga kerja. Menyadari bahwa angka PDRB peranannya sangat strategis untuk dijadikan sebagai indikator kinerja ekonomi daerah, bahkan dapat pula berfungsi sebagai jangkar (patokan) untuk berbagai indikator makro sosial ekonomi lainnya, maka kualitas kompilasi angka PDRB hendaknya dapat selalu dijaga dan sejauh mungkin relevan dalam menjelaskan dinamika fenomena sosial ekonomi yang sedang berkembang dimasyarakat. PDRB merupakan salah satu tolok ukur pencapaian aktifitas pembangunan ekonomi suatu daerah, merupakan indikator yang mengambarkan total produksi netto dari seluruh kegiatan produksi barang dan jasa dalam suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu satu tahun.

Pertumbuhan Ekonomi 13 Kab/Kota

se Kaltim tahun 2006

No

Kab/Kota

Laju Pertumbuhan (%)

Dengan Migas

Tanpa Migas

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Paser

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Malinau

Bulungan

Nunukan

Penajam Paser Utara

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Bontang

Total

13,46

6,18

1,27

22,39

5,08

3, 26

7,48

1,14

1,63

2,22

6,19

7,51

-2,87

3,86

13,46

6,18

11,85

23,02

5,08

3, 26

8,78

7,05

7,97

6,14

6,23

7,17

5,81

11,16

Sumber : BPS Kaltim

Pada tahun 2005, sektor pertambangan migas masih tumbuh positif sebesar 0,18 persen, namun pada tahun 2006 terjadi penurunan produksi sebesar -2,24 persen (total Kab/Kota). Berdasarkan beberapa sumber data dan informasi yang diperoleh bahwa produksi hasil pertambangan migas pada tahun 2006 menurun sangat tajam, terutama didaerah penghasil utama yakni Kab.Kutai Kartanegara. Berdasarkan data dari Dirjen Migas penurunan produksi migas di Kab.Kutai Kartanegara sekitar 4 persen, hal ini dapat terlihat juga dari alokasi dana bagi hasil sumber daya alam (SDA) yang diterima oleh Kab.Kutai Kartanegara tidak mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2006, meskipun terjadi lonjakan harga minyak mentah yang cukup tinggi. Tidak sejalannya kenaikan harga dengan peningkatan penerimaan sumber daya alam merupakan indikasi turunnya produksi pertambangan migas yang cukup besar demikian pula dengan angka ekspor Crude Oil (minyak mentah) Kalimantan Timur, baik volume maupun nilai pada tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup tinggi sekitar 18-25 persen. Di sisi lain, penurunan komoditi tambang migas di Kalimantan Timur, ternyata tergantikan oleh peningkatan yang cukup pesat pada Subsesktor Pertambangan Non Migas khususnya komoditi batubara. Pertumbuhan komoditi unggulan ini dalam beberapa tahun terakhir rata-rata mencapai 20 persen pertahun.

c. Ketenagakerjaan

Tabel 15. Jumlah, Pangsa, Pertumbuhan Angkatan Kerja Di Kaltim

Kabupaten/Kota

2005

2006

Jumlah

Pangsa

Pertumbuhan (%)

Jumlah

Pangsa

Pertumbuhan (%)

1. Pasir

2. Kutai Barat

3. Kutai Kartanegara

4. Kutai Timur

5. Berau

6. Malinau

7. Bulungan

8. Nunukan

9. Penajam PU

10. Balikpapan

11. Samarinda

12. Tarakan

13. Bontang

72.814

73.147

208.917

78.937

63.022

21.748

40.964

45.424

50.209

186.013

250.973

70.531

50.983

6,00

6,03

17,21

6,50

5,19

1,79

3,38

3,74

4,14

15,33

20,68

5,81

4,20

-4,03

9,23

2,48

8,99

-1,70

-4,54

-8,29

2,04

2,04

5,60

6,39

12,03

19,18

80.154

75.631

228.731

83.376

70.208

24.962

51.447

49.928

57.094

218.875

258.633

74.264

51.593

6,05

5,71

17,26

6,29

5,30

1,88

3,88

3,77

4,31

16,52

19,52

5,61

3,89

5,64

12,93

12,20

15,12

9,50

9,56

15,18

12,15

16,03

24,25

9,63

17,96

20,60

Jumlah

1.213.682

100

49.40

1.324.896

100

180.78

Angkatan kerja tertinggi terdapat di Kabupaten Samarinda, diikuti Kutai Kartanegara dan Balikpapan. Secara sektoral, tiga sektor terbesar penyerap tenaga kerja di Kaltim adalah sektor pertanian yang mencapai 35%, sektor perdagangan/hotel 20-22%, dan sektor industri 9-10%.

Jumlah dan tingkat pengangguran terus meningkat di Kaltim sejak tahun 2003. Tingkat pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2006 sekitar 7-8% (atau sama dengan 178 ribu penganggur) walaupun sempat menurun di akhir tahun 2007 menjadi 162 ribu orang atau sekitar 12-13% (lihat Tabel 16). Jumlah pengangguran tertinggi berada di tiga kabupaten di Kaltim pada tahun 2006 berturut-turut adalah Kabupaten Nunukan sebanyak 72.281 orang, Balikpapan 23.106 orang, dan Samarinda 9.915 orang.

NO

Ketenagakerjaan

2003

2004

2005

2006

2007

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jumlah angkatan kerja

Jumlah pengangguran

Jumlah TKI Di Luar Negeri

Tenaga kerja wanita

Tenaga kerja pria

PHK

Jumlah TK PHK (jumlah orang)

Rata-rata kebutuhan hidup minimum

Rata-rata upah minimum regional

1.155.770

78.391

28.777

49.457

137.420

491

588

727.000

540.000

1.197.200

120.715

63.851

38.193

158.230

431

473

737.769

572.562

1.230.515

111.180

197.981

43.286

154.700

43

26.181

753.764

600.000

1.324.878

177.997

196.711

38.806

157.905

7

842

954.165

701.640

1.261.771

161.925

58.345

18.564

39.781

13

34

935.440

766.500

d. Peluang Kerja

Kalimantan Timur memiliki banyak kekayaan SDA, hal ini telah di kemukan di bagian awal, ini bisa menjadi faktor tingkat penyerapan tenaga kerja, misalnya : melalui hasil kehutanan, pertambangan, pertanian, perkebunan, dan pengembangan perindustrian di daerah tersebut.

5. Masalah SDM di Kalimantan Timur

Ada beberapa masalah SDM yang penting untuk diidentifikasi dalam pembangunan Kaltim. Masalah mendasar tersebut terutama meliputi masalah kemiskinan, kependudukan atau ketenagakerjaan, ketimpangan antardaerah, infrastruktur dan kualitas SDM yang masih rendah.

Ø kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang membayang-bayangi ekonomi Kaltim Jumlah penduduk miskin di Kaltim sebesar 318,2 ribu orang pada tahun 2004, yang berada di bawah rata-rata propinsi di Indonesia sebesar 1,13 juta orang.

Namun, tingkat kemiskinan, yang diukur dengan bandingan jumlah penduduk miskin dengan total penduduk, di Kaltim masih substansial sebesar 11-12% selama 2004-2007.

Perlu dicatat bahwa jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kaltim setiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 1998 jumlah penduduk miskin sebanyak 779.420 jiwa (33,43%), tahun 2000 sebanyak 393.600 jiwa (16,32%), tahun 2004 sebanyak 318.200 jiwa (11,57%). Jumlah penduduk miskin di Kaltim pada bulan Maret 2007 sebesar 324,8 ribu orang (11,04%), yang meningkat sebesar 25,7 ribu dibandingkan dengan penduduk miskin pada Juli 2005 yang berjumlah 299,1 ribu (10,51%).

Kendati demikian tingkat kemiskinan di Kaltim bervariasi antardaerah kabupaten/kota. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2005-2006 masih menunjukkan tingkat yang paling tinggi sebesar 20-21%, diikuti oleh Kabupaten Samarinda 12-13% dan Kutai Timur sebesar 10-11%. Ironisnya, kantong kemiskinan paling tinggi terjadi justru di kabupaten yang juga memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kaltim, yaitu Kutai Kartanegara.

Ø Kependudukan

Setidaknya terdapat dua masalah mendasar kependudukan di Kaltim, yaitu: (1) persebaran penduduk Kaltim amat timpang; (2) bervariasinya pertumbuhan penduduk antar daerah.

Pola persebaran penduduk Kaltim menurut luas wilayah sangat timpang. Ini terlihat dari perbedaan tingkat kepadatan penduduk antardaerah yang mencolok, terutama antardaerah kabupaten dengan kota. Wilayah kabupaten dengan luas 98,87% dari wilayah Kaltim dihuni oleh sekitar 54% dari total penduduk Kaltim. Selebihnya, sekitar 46%, menetap di daerah kota dengan luas hanya 1,13% dari luas wilayah Kaltim seluruhnya. Akibatnya kepadatan penduduk di daerah kabupaten hanya berkisar 1 hingga 33 jiwa/km² dibanding kepadatan penduduk di Kota Balikpapan sebanyak 630 jiwa/km², Kota Samarinda 818 jiwa/km², Kota Tarakan 248 jiwa/km² dan Kota Bontang 294 jiwa/km². Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk Kaltim adalah 14,8 jiwa/km² pada tahun 2006.

Persebaran penduduk di Kaltim juga tidak merata. Penduduk yang semula lebih banyak tinggal di perdesaan sejak tahun 1995 sudah lebih dari 50% menetap di daerah perkotaan. Pada tahun 2006 sebagian besar penduduk Kaltim berada di Kota Samarinda (20%), yang merupakan ibukota provinsi Kaltim. Selebihnya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (17%), Kota Balikpapan (17%) dan tersebar di kabupaten/kota lain dengan kisaran 1-7%. Pola persebaran penduduk seperti ini sejak tahun 1990 tidak banyak mengalami perubahan.

Pertumbuhan penduduk Kaltim sebenarnya tidak merata dan berfluktuasi sepanjang tahun. Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk pada periode 2002-2003 sebesar 5,72 persen, periode 2003-2004 sebesar 1,68%, pada periode 2004-2005 sebesar 3,29%, sedangkan periode 2005-2006 sebesar 3,36%. Pada tahun 2005-2006 pertumbuhan penduduk di setiap kabupaten/kota menunjukkan peningkatan. Secara persentase, peningkatan tertinggi terjadi di Kota Tarakan sebesar 6,75% sedangkan kabupaten/kota lainnya pertumbuhannya berkisar 1,35-6,18%.

Ø Masalah Ketenagakerjaan

Setidaknya terdapat tiga masalah dalam bidang ketenagakerjaan, yaitu:

(1) bervariasinya pertumbuhan angkatan kerja antar /kota;

(2) tidak meratanya distribusi geografis angkatan kerja;

(3) meningkatnya pengangguran.

kurun waktu 2004-2006, angkatan kerja di Kaltim meningkat sebanyak 162 ribu orang dari 1,16 juta orang menjadi 1,3 juta orang.Pertumbuhan angkatan kerja tertinggi berada di Kabupaten Balikpapan, yang tumbuh sebesar 24,25%, atau menjadi 218.875 orang pada tahun 2006.

Ø Ketimpangan Antardaerah

Selama kurun waktu 1993-2006, penyumbang PDRB terbesar untuk propinsi Kaltim berturut-turut adalah Kutai Kartanegara, Bontang, Kutai Timur Balikpapan, dan Samarinda. Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2006 menyumbang hampir 26% PDRB Kaltim, yang menurun dibandingkan tahun 2000 (29%). Kontribusi Kutai Kartanegara diikuti oleh Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, dan Samarinda dengan kontribusi masing-masing 24, 13, 12 dan 9% terhadap PDRB Kaltim. Daerah yang terendah sumbangannya terhadap PDRB adalah Malinau, Penajam Paser, Bulungan dan Nunukan, dengan kontribusi terhadap PDRB Kaltim kurang dari 3 persen.

Persebaran PDRB kapita per kabupaten di Kaltim menunjukkan ketimpangan yang sangat besar. Ketimpangan ini terlihat dari adanya kabupaten yang memiliki PDRB per kapita hanya mencapai Rp 406 juta, di sisi lain ada kabupaten dengan PDRB per kapita mencapai Rp 15,1 juta.

Rata-rata PDRB per kapita per kabupaten di Kaltim meningkat pesat sepanjang 2000-2006, dari hanya Rp 9,4 juta menjadi Rp 59,1 juta. Namun peningkatan tersebut juga diikuti oleh meningkatnya ketimpangan, sebagaimana tercermin dari nilai deviasi PDRB per kapita antar kabupaten/kota yang meningkat dari Rp 11,7 juta menjadi Rp 106,3 juta. Ini sejalan dengan indikator ketimpangan daerah yang dihitung dengan Indeks Wiliamson (IW). Nilai IW Propinsi Kaltim meningkat sangat besar, dari hanya 0,05 di tahun 2000 menjadi 0,24 di tahun 2006. Problematika ketimpangan ini harus mendapat perhatian dalam pembangunan Kaltim.

Ø Rendahnya Kualitas Sdm (Pendidikan)

Salah satu masalah mendasar dalam pembangunan propinsi Kaltim adalah rendahnya kualitas SDM. Rendahnya kualitas SDM ini tercermin dari sekitar 49,5% penduduk berpendidikan 39 tidak atau belum tamat Sekolah Dasar. Kendati demikian, ada perbaikan dalam hal jumlah masyarakat Kaltim yang mengenyam pendidikan tinggi, yang naik dari 2,4% pada tahun 2000 menjadi 4,5% pada tahun 2005 (BI, 2008). Namun, rasio antara jumlah murid dan guru tertinggi hanya terjadi di wilayah Malinau dan Balikpapan (rata-rata 1:23), sedangkan di wilayah lain hanya sekitar 1:14 (lihat Gambar 18). Rata-rata jumlah murid per sekolah di Kaltim hanya sekitar 218 murid (BPS, 2008).

Rekor pembangunan manusia Kaltim relatif tinggi dibanding rata-rata propinsi lain di Indonesia. Ini tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kaltim selama 1999-2005 mencapai angka 70,73 atau di atas rata-rata IPM Indonesia sebesar 67,1 (lihat Gambar 19). Rata-rata angka melek huruf pun di Propinsi Kaltim sebesar 95,15, lebih tinggi dibandingkan rata-rata Indonesia sebesar 90,65 untuk tahun 2004-2005. Melihat angka ini tentunya Kaltim seharusnya memiliki potensi SDM yang baik untuk dikembangkan. Namun hal lain yang harus dilihat adalah keseimbangan kualitas SDM.

Berdasarkan peringkat dari 400 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, ternyata dari 13 kabupaten di Kaltim hanya kota Balikpapan yang memiliki IPM di urutan 20 besar (lihat Tabel 21). Beberapa kabupaten masih berada di urutan 100 ke bawah, seperti kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau, Malinau, Nunukan, Penajam Pasir Utara. Kutai Kartanegara yang kabupaten dengan PDRB tertinggi di Kaltim ternyata hanya menduduki peringkat IPM ke-130.

6. Cara Mengatasi Rendahnya Kualitas SDM di Kalimantan Timur

Seperti pepatah mengatakan “akar segala sesuatu adalah pendidikan”, begitu juga dengan kualitas SDM. Faktor utama yang menjadi penyebab rendahnya kualitas SDM Di Kalimantan Timur adalah pendidikan, misalnya rendahnya mutu pendidikan dan masih banyak penduduk yang belum dapat mengecap pendidikan. Hal ini di sebabkan karena kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya suatu pendidikan, padahal tanpa pendidikan maka keterampilan yang mereka miliki juga terbatas sehingga kualitas kerja/etos kerja yang mereka hasilkan juga akan rendah/tidak maksimal. Inilah yang menyebabkan rendahnya kualitas SDM yang mereka miliki.

Dari masalah diatas dapat di tentukan bahwa faktor utamanya adalah pendidikan. Dengan demikian langkah pertama yang dilakukan adalah : Peningkatan mutu pendidikan masyarakatnya, untuk langkah awal pemerintah memberdayakan semangat belajar dari masing-masing individu terutama kaum muda, dengan langkah-langkah seperti di bawah ini :

Ø Pemerintah Provinsi Kaltim mencanangkan pendidikan12 tahun melalui anggaran 20 % APBD tiap Kabupaten/Kota di Kaltim;

Ø Memberikan himbauan kepada Masyarakat akan pentingnya Pendidikan;

Ø Mensosialisasikan arti pentingnya Pendidikan;

Ø Memberdayakan dan mendorong individu untuk mengaplikasikan pengetahuan, teknis dan yang dimiliki dengan peralatan yang ada;

Ø Menampilkan dan mengimplementasikan secara terus menerus proses perbaikan kualitas kerja dalam struktur kerja; dan

Ø Mempertautkan pengetahuan yang berbeda diantara para pihak untuk mewujudkan sinerji, secara efisien dan efektif (Kompetensi jejaring kerja).

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kalimantan Timur memiliki kekayaan SDA yang sangat banyak, hal ini di imbangi dengan APBD daerahnya yang tinggi, meskipun demikian tidak menjamin tingginya kualitas SDM dan meratanya pendapatan Masyarakat di daerah tersebut, karena SDM yang dimiliki seseorang sangat menunjang dalam pemanfaatan SDA yang ada, untuk itu diperlukan pendidikan dan keterampilan khusus untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, untuk kesejahteraan Masyarakat.

2. Saran

Melihat permasalahan SDM yang ada di Kalimantan Timur, maka hal-hal yang dapat dilakukan, adalah sebagai berikut :

Ø Menyeimbangkan SDM yang dimiliki dengan SDA yang ada di setiap daerah;

Ø Memanfaatkan potensi SDA yang ada untuk kesejahteraan Masyarakat di daerah tersebut; dan

Ø Menjaga kelestarian Lingkungan agar dapat bermanfaat secara berkesinambungan;

DAFTAR PUSTAKA

1. Ndraha, Taliziduhu. 1997. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.

2. Meurah, Cut, dkk. 2006. Geografi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : PT. Phibeta Aneka Gama.

3. http://www.bulungan.go.id/v01/berita/latest/pelantikan-walikota-tarakan.html

4. http://perkebunan.kaltimprov.go.id/content.php?kebun=investasi

5. http://www.wuski.or.id/cms/index.php?option=com_content&view=article&id=35:pertemuan-wuski-dengan-perusahaan-di-balikpapan-23-januari-2009&catid=2:berita-dari-tenggarong&Itemid

6. http://kaltimbkd.info/index.php?option=com_content&task=view&id=416&Itemid=102

7. http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=2577&Itemid=1353

8. http://www.kaltimprov.go.id/eng/content.php?kaltim=news&code=2&view=355

9. http://www.kaltimprov.go.id/eng/content.php?kaltim=news&code=2&view=307